Senin, 04 Mei 2009

mangrove

Pengertian Mangrove

Kata “mangrove” berkaitan sebagai tumbuhan tropis yang komunitas tumbuhnya didaerah pasang surut dan sepanjang garis pantai (seperti : tepi pantai, muara laguna (danau dipinggir laut) dan tepi sungai) yang dipengaruhi oleh kondisi pasang surut air laut. Menurut FAO (1952) definisi mangrove adalah pohon dan semak – semak yang tumbuh dibawah ketinggian air pasang tertinggi.

Mangrove merupakan termasuk varietas yang besar dari famili tumbuhan, yang beradaptasi pada lingkungan tertentu. Tomlinson (1986) mengklasifikasikan jenis mangrove menjadi 3 (tiga ) kelompok, yaitu : Kelompok Mayor, Kelompok Minor dan Kelompok Asosiasi Mangrove.

Habitat Mangrove

Sebagian pohon mangrove dijumpai disepanjang pantai terlindung yang berlumpur, bebas dari angin yang kencang dan arus (misalnya di mulut muara sungai besar). Mangrove juga dapat tumbuh diatas pantai berpasir dan berkarang , terumbu karang dan di pulau – pulau kecil. Sementara itu air payau bukanlah hal pokok untuk pertumbuhan mangrove, mereka juga dapat tumbuh dengan subur jika terdapat persediaan endapan yang baik dan pada air tawar yang berlimpah.

Hutan mangrove dapat tersebar luas dan tumbuh rapat mulut sungai besar di daerah tropis, tetapi didaerah pesisir pantai pegunungan, hutan mangrove tumbuh di sepanjang garis pantai yang terbatas dan sempit. Perluasan hutan mangrove banyak dipengaruhi oleh topografi daerah pedalaman.

Ada hubungan yang erat antara kondisi air dengan vegetasi hutan mangrove. Di beberapa tempat, mangrove menunjukkan tingkatan zonasi yang nyata yang cenderung berubah dari tepi air menuju daratan. Namun kadang – kadang tergantung pada undulasi / tinggi rendahnya lantai hutan atau anak sungai di dalam area yang skemanya khusus dan menggambarkan keadaan umum dari dataran pasang surut

Luas dan Penyebaran Mangrove

Penyebaran beberapa spesies mangrove terdapat di sekitar ekuator antara 32 o LU dan 38 o LS, pada iklim A,B,C dan D dengan nilai Q yang bervariasi. Semakin jauh dari ekuator spesies mangrove semakin sedikit dan pohonnya semakin kecil. Lokasi mangrove paling utara adalah di bagian tenggara pulau Kyushu, Jepang, dimana hanya ditemukan satu spesies saja (Kandelia candel), sedangkan lokasi paling selatan adalah bagian utara Selandia Baru dimana hanya teridentifikasi satu spesies yaitu Avicenia marina.

Menurut Chapman (1975) penyebaran mangrove dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :

a. The old worl mangrove, yang meliputi Afrika Timur, Laut Merah, India, Asia Tenggara, Jepang, Filipina, Australia, Selandia Baru, Kepulauan Pasifik dan Samoa.

b. The new world mangrove, yang meliputi pantai Atlantik dan Afrika dan Amerika, Meksiko dan Pasifik Amerika dan Kepulauan Galapagos.

Perkiraan luas mangrove sangat beragam. FAO (1994) menyatakan bahwa luas hutan mangrove diseluruh dunia sekitar 16.530.000 ha yang tersebar di Asia (7.441.000 ha), Afrika ( 3.258.000 ha) dan Amerika (5,831.000 ha). Khusus di Indonesia yang merupakan Negara tropis berbentuk kepulauan dengan garis pantai lebih dari 81. 000 km, hutan mangrovenya seluas 4,25 juta ha (FAO/UNDP, 1982). Sedangkan menurut ISME *) berdasarkan citra landsat luas mangrove didunia sekitar 18,1 juta ha. Jenis – jenis mangrove umumnya menyebar di pantai yang terlindung dan dimuara – muara sungai, dengan komposisi jenis yang berbeda – beda tergantung pada kondisi habutatnya. Berdasarkan berbagai hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penyebaran jenis mangrove tersebut berkaitan dengan salinitas, tipe pasang surut dan frekuensi penggenangan.

Di Indonesia diperkirakan terdapat 202 jenis tumbuhan mangrove, meliputi 89 jneis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis pemanjat, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit dan 1 jenis paku yang terbagi meknadi 2 kelompok yaitu mangrove sejati (true mangrove) dan mangrove ikutan (asociate) (M. Khazali, dkk. 1999)

Struktur Mangrove

Unsur dominan dalam hutan mangrove adalah pohon – pohon yang tumbuh dan tingginya mencapai lebih dari 30 meter, memiliki tajuk (canopy) lebar, rapat dan tertutup. Banyak juga species tumbuhan dan fauna lain yang atau eksklusif yang menempati hutan mangrove. Topografi setempat dan karakteristik hidrologi, tipe dan komposisi bahan kimia dari tanah dan pasang surut menentukan tipe ekosisitem mangrove yang dapat dibuktikan pada tempat – tempat tertentu.

Flora mangrove umumnya tumbuh membentuk zonasi mulai dari pinggir pantai sampai pedalaman daratan. Zonasi yang terbentuk bisa berupa zonasi yang sederhana dan zonasi yang kompleks tergantung pada kondisi lingkungan mangrove yang bersangkutan.

Chapman (1984), mengelompokan mangrove menjadi 2 kategori yaitu :

a. Flora mangrove Inti, yaitu mangrove yang mempunyai peran ekologi utama dalam formasi mangrove yang terdiri dari jenis : Rhizophora, bruguiera, Ceriops, Kandelia, Soneratia, Avicenia, Nypa, Xylocarpus, Deris, Acanthus, Lumnitzera, Scyphyphora, dan Dolichandron.

b. Flora mangrove pheripheral (pinggiran) yaitu flora mangrove secara ekologi berperan dalam formasi mangrove, tetapi juga flora tersebut berperan penting dalan formasi hutan lain. Jenisnya antara lain; Exoecaria agalloca, Acrosticum auerum, Cerbera manghas, Heritiera littoralis, Hibiscus tilliaceus

Tomlinson (1984) membagi flora mangrove menjadi 3 kelompok, yaitu :

    • Kelompok mayor

Komponen ini memperlihatkan karakteristik morfologi, seperti : sistem perakaran udara dan mekanisme fisiologis khusus untuk mengeluarkan garam agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan mangrove. Komponennya adalah pemisahan taksonomi dari hubungan daratan dan hanya terjadi dihutan mangrove serta membentuk tegakan murni, tetapi tidak pernah meluas sampai kedalam komunitas daratan. Contohnya adalah Avicennia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Kandelia, Sonneratia, Lumnitzera, Laguncularia dan Nypa

    • Kelompok minor (tumbuhan pantai)

Dalam kelompok ini tidak termasuk elemen yang mencolok dari tumbuh – tumbuhan yang mungkin terdapat disekitar habitatnya dan yang jarang berbentuk tegakan murni.

    • Kelompok asosiasi mangrove

Dalam komponen ini jarang ditemukan species yang tumbuh didalam komunitas mangrove yang sebenarnya dan kebanyakan sering ditemukan dalam tumbuh – tumbuhan darat.

Ciri Khas Mangrove

Karakteristik morfologi dari species mangrove terlihat pada setiap perakaran dan buahnya, yang merupakan bentuk adaptasi terhadap lingkungan tempat tumbunya.

Sistem Akar

Tanah pada habitat mangrove adalah anaerob (hampa udara) bial berada dibawah air. Beberapa species memiliki sistem perakaran khusus yang disebut akar udara yang cocok untuk kondisi tanah yang anaerob.

Ada beberapa tipe perakaran udara yaitu : akar pasak, akar tunjang,, akar lutut dan akar papan (banir).

Akar udara membantu fungsi pertukaran gas dan menyimpan udara untuk pernafasan selama penggenangan.

Buah / Bibit

Semua species mangrove memproduksi buah yang biasanya disebarkan melalui air. Ada beberapa macam bentuk buah, seperti bentuk silinder, bulat dan berbentuk kacang.

  • Benih Vivipar

Umumnya terdapat pada famili Rhizophoraceae (Rhizopora, Bruguiera, Ceriops dan Kandelia) buahnya berbentuk silinder (seperti tongkat), buahnya disebut bibit Viviparous.

  • Benih Cryptovivipar

Avicennia (seperti buah kacang), Aegiceras (seperti silinder) dan Nypa buahnya berbentuk Cryploviviparous dimana bibitnya berkecambah tetapi diliputi oleh selaput buah (kulit buah) sebelum ditinggalkan dari pohon induknya.

  • Benih Normal

Ditemukan pada spesies Sonneratia dan Xylocarpus buahnya berbentuk bulat seperti bola dengan benih normal. Species lain kebanyakan buah berbentuk kapsul, sebagai benih normal.

Buah tersebut mengalami proses dimana mereka memecah diri dan menyebarkan benihnya pada saat menvapai air.

Pertumbuhan Mangrove

Komponen mayor dan minor spesies mangrove tumbuh dengan baik tanpa dipengaruhi oleh kadar garam air. Namun jika air terlalu asin maka pohon mangrove tidak dapat tumbuh terlalu tinggi. Hal yang harus diperhatikan bahwa species mangrove dapat tumbuh lebih cepat pada air tawar daripada air yang mengandung garam (asin).

Melalui kelenjar garamnya, beberapa spesies mangrove menghasilkan sistem yang memungkinkan mereka untuk tumbuh pada kondisi berkadar garam tinggi. Avicennia, Aegiceras, Acanthus dan Aegalitis dapat mengontrol keseimbangan garam denganmengeluarkan garam dari kelenjar tersebut (Tomlinson, 1986). Sebagian kelenjar garam terdapat dipermukaan daun yang tampak berkristal dan mudah diamati.

Spesies lain seperti Rhizopora, Bruguiera, Ceriops, Sonneratia dan Lumnitzera dapat mengontrol keseimbangan garam dengan cara lain seperti dengan menggugurkan daun tua yang mengandung garam yang terakumulasi, atau dengan melakukan tekanan osmotic akar.

Struktur, fungsi ekosiste, komposisi dan distribusi spesies dan pola pertumbuhan organisme mangrove sangat tergantung pada factor-faktor lingkungan diantaranta ; Fisiografi pantai, iklim, pasang surut, gelombang/arus, salinitas oksigen terlarut, tanah, nutrient dan proteksi.

Kegunaan Mangrove

Berdasarkan kegunaan produk yang dihasilkan maka produk-produk ekosistem mangrove dikelompokkan menjadi 2 yaitu; produk langsung dan produk tidak langsung.

    • Produk Langsung

Kayu merupakan hasil dari hutan mangrove, yang dapat digunakan untuk bahan bangunan, furniture, kapal atau perahu dan chip untuk pulp atau kertas. Batang kayu dari Rhizopora atau Bruguiera digunakan sebagai tiang dimana mereka mengandung sejumlah tanin yaitu zat penyamak yang kuat. Kayu dan arang mangrove banyak digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak dinegara tropis. Arang mangrove memiliki kalori (panas) yang lebih tinggi dibandingkan dengan arang pada umumnya sehingga banyak diekspor kemancanegara termasuk Jepang dimana dinegara tersebut arang mangrove disebut “Nan-yo Bincho-tan” (arang selatan yang bagus)

Diwilayah yang kering dimana sedikit terdapat rumput dan pohon mangrove yang mempunyai daun yang berlimpah–limpah sepanjang tahun adalah sumber terpenting bagi makanan ternak keledai dan kambing

    • Produk tidak langsung

Produk tidak langsung lebih banyak pada mengekploitasi potensi flora selain kayu dan faunanya, misalnya buah mangrove yang diolah menjadi makanan, pengamatan satwa burung, tempat rekreasi dan lain sebagainya.

Peranan Umum Mangrove

Hutan mangrove memainkan peranan penting dan memiliki beraneka fungsi secara umum seperti melindungi pantai dari gelombang yang tinggi, angin yang kencang dan erosi.

Hutan mangrove yang membentang sepanjang garis pantai berfungsi mencegah gelombang dan ombak yang tinggi akibat topan untuk melindungi penduduk dan rumah-rumah yang ada disekitarnya. Mangrove juga melindungi hasil panen penduduk disekitarnya dari kerusakan yang disebabkan tiupan angin laut yang kuat.

Daun mangrove tua dan cabang-cabangnya yang jatuh ketanah akan dihancurkan oleh mikroorganisme yang nantinya akan berfungsi sebagai sumber makanan bagi plankton. Plankton merupakan sumber makanan bagi anak udang, kepiting dan ikan yang selanjutnya menjadi sumber makanan bagi organisme besar yang hidup disekitar mangrove seperti ikan, burung dan binatang mamalia. Ini disebut rangtai makanan dimana mangrove mempunyai peranan penting dan sebagai kunci sumber utama penyediaan makanan.

Selama air pasang hutan mangrove menjadi bagian dari lautan. Ini merupakan keindahan dimana ikan dapat berkumpul karena banyaknya persediaan makanan. Kerapatan dari batang pohon mangrove dan akar tunjang juga merupakan tempat persembunyian terutama bagi anak iakan dan udang.

Hutan mangrove juga merupakan suatu keindahan alam bagi burung-burung diman meraka dapat menemukan makanan dan menjaga keturunannya.

Dengan demikian dapat ditetapkan bahwa hutan mangrove dapat memberikan kondisikehidupan yang lebih baik dan berarti bagi fauna dan tidak saja sebagai produksi langsung tapi juga dapat menghasilkan sejumlah ikan, udang dan kepiting yang stabil.

dari http://www.mangrovecentre.or.id/Informasi_Umum.htm

Rumput Laut

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Codium Fragile

Rumput laut adalah salah satu sumberdaya hayati yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Dalam bahasa Inggris, rumput laut diartikan sebagai seaweed. Sumberdaya ini biasanya dapat ditemui di perairan yang berasosiasi dengan keberadaan ekosistem terumbu karang. Rumput laut alam biasanya dapat hidup di atas substrat pasir dan karang mati. Beberapa daerah pantai di bagian selatan Jawa dan pantai barat Sumatera, rumput laut banyak ditemui hidup di atas karang-karang terjal yang melindungi pantai dari deburan ombak. Di pantai selatan Jawa Barat dan Banten misalnya, rumput laut dapat ditemui di sekitar pantai Santolo dan Sayang Heulang di Kabupaten Garut atau di daerah Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang. Sementara di daerah pantai barat Sumatera, rumput laut dapat ditemui di pesisir barat Provinsi Lampung sampai pesisir Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam.

Selain hidup bebas di alam, beberapa jenis rumput laut juga banyak dibudidayakan oleh sebagian masyarakat pesisir Indonesia. Contoh jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan diantaranya adalah Euchema cottonii dan Gracelaria sp. Beberapa daerah dan pulau di Indonesia yang masyarakat pesisirnya banyak melakukan usaha budidaya rumput laut ini diantaranya berada di wilayah pesisir Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi Kepulauan Riau, Pulau Lombok, Sulawesi, Maluku dan Papua.


Padang Lamun


Padang lamun memang belum banyak dikenal orang. Orang mungkin lebih familiar mendengar terumbu karang atau ekosistem mangrove dari pada padang lamun. Padahal ekosistem padang lamun sendiri adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam ekosistem perairan laut dangkal di Kepulauan Seribu.

Lamun sendiri adalah sejenis tumbuhan yaitu tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri hidup tergenang di dalam air laut. Tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal hingga kedalaman 3 meter dilautan tropis hingga sub tropis. Lamun bisa tumbuh pada daerah yang sangat luas, di pasir kasar/ puing-puing karang atau lumpur halus dasar laut. Lamun juga membentuk padang yang padat dan produktif hingga disebut sebagai padang lamun.

Di Kepulauan Seribu, berdasarkan temuan pihak TNKpS, jenis lamun yang ditemukan di kawasan ini terdiri dari enam jenis yaitu Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halodule uninervis, Cymodocea rotundata, Halophila ovalis dan Syringodium isoetifolium.

Padang lamun biasa terdapat pada daerah teratas pasang surut, dibatasi oleh kondisi yang terbuka terhadap kekeringan. Sewaktu surut, biasanya padang lamun tidak sampai mengalami kekeringan karena masih digenangi oleh air laut walaupun terlihat dangkal. Pada waktu pasang, air menutup padang lamun, membentuk daerah yang terendam air pasang.

Fungsi padang lamun sebenarnya melengkapi ekosistem mangrove dan terumbu karang. Sebagai ekosistem perairan laut dangkal ini sangat potensial sebagai sumber makanan biota kecil dan biota tertentu seperti dugong, biota omnivora serta biota pemakan hijauan. Keberadaan padang lamun di kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, adalah membantu menstabilkan perairan dan memantapkan substrat dasar. Daun lamun yang lebat akan memperlambat gerakan air akibat arus dan ombak sehingga perairan menjadi tenang.

Fungsi lainnya adalah rimpang dan akar lamun dapat menangkap dan mengikat sedimen sehingga dapat menguatakan dan menstabilkan dasar permukaan. Padang lamun bisa dikatakan mencegah terjadinya erosi.

Di padang lamun, juga tumbuh berbagai jenis rumput laut, yang terdiri dari 18 jenis yaitu 9 dari jenis alge hijau (chlorophyta), 3 jenis adri algae coklat (phaeophyta) dan 6 jenis algae merah ( Rhodophyta). Keberadan rumput laut ini tentukan akan memperkaya padang lamun sehingga bisa membentuk suatu komunitas yang merupakan habitat bagi berbagai jenis hewan laut. Walaupun lamun belum banyak dikenal, keberadaannya dinyakini sebagai satu kesatuan system dalam fungsi ekologis di lautan.

sumber:lupa cari aja sendiri di om google hehehehehehe.

terumbu karang

Penjelasan umum mengenai ekosistem terumbu karang

Istilah terumbu karang tersusun atas dua kata, yaitu terumbu dan karang, yang apabila berdiri sendiri akan memiliki makna yang jauh berbeda bila kedua kata tersebut digabungkan. Istilah terumbu karang sendiri sangat jauh berbeda dengan karang terumbu, karena yang satu mengindikasikan suatu ekosistem dan kata lainnya merujuk pada suatu komunitas bentik atau yang hidup di dasar substrat. Berikut ini adalah definisi singkat dari terumbu, karang, karang terumbu, dan terumbu karang (gambar 1).

Terumbu Reef =

Endapan masif batu kapur (limestone), terutama kalsium karbonat (CaCO3), yang utamanya dihasilkan oleh hewan karang dan biota-biota lain yang mensekresi kapur, seperti alga berkapur dan moluska.
Konstruksi batu kapur biogenis yang menjadi struktur dasar suatu ekosistem pesisir. Dalam dunia navigasi laut, terumbu adalah punggungan laut yang terbentuk oleh batu karang atau pasir di dekat permukaan air.

Karang Coral =

Disebut juga karang batu (stony coral), yaitu hewan dari Ordo Scleractinia, yang mampu mensekresi CaCO3. Hewan karang tunggal umumnya disebut polip.

Karang terumbu =

Pembangun utama struktur terumbu, biasanya disebut juga sebagai karang hermatipik (hermatypic coral).
Berbeda dengan batu karang (rock), yang merupakan benda mati.

Terumbu karang =

Ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCO3) khususnya jenis­jenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya seperti jenis­jenis moluska, krustasea, ekhinodermata, polikhaeta, porifera, dan tunikata serta biota-biota lain yang hidup bebas di perairan sekitarnya, termasuk jenis-jenis plankton dan jenis-jenis nekton

Image

Gambar 1. Ekosistem terumbu karang (atas), karang terumbu dan matriks terumbu (tengah), serta insert hewan karang (bawah)

Tipe-tipe terumbu karang

Berdasarkan bentuk dan hubungan perbatasan tumbuhnya terumbu karang dengan daratan (land masses) terdapat tiga klasifikasi tipe terumbu karang yang sampai sekarang masih secara luas dipergunakan. Ketiga tipe tersebut adalah (gambar 2):

1. Terumbu karang tepi (fringing reefs)

Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi), P. Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).

2. Terumbu karang penghalang (barrier reefs)

Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.5­2 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus. Contoh: Great Barrier Reef (Australia), Spermonde (Sulawesi Selatan), Banggai Kepulauan (Sulawesi Tengah).

3. Terumbu karang cincin (atolls)

Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau­pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan. Menurut Darwin, terumbu karang cincin merupakan proses lanjutan dari terumbu karang penghalang, dengan kedalaman rata-rata 45 meter. Contoh: Taka Bone Rate (Sulawesi), Maratua (Kalimantan Selatan), Pulau Dana (NTT), Mapia (Papua)

Image

Gambar 2. Tipe-tipe terumbu karang, yaitu terumbu karang tepi (kiri), terumbu karang penghalang (tengah), dan terumbu karang cincin (kanan).

Namun demikian, tidak semua terumbu karang yang ada di Indonesia bisa digolongkan ke dalam salah satu dari ketiga tipe di atas. Dengan demikian, ada satu tipe terumbu karang lagi yaitu:

4. Terumbu karang datar/Gosong terumbu (patch reefs)

Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai pulau datar (flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu (Aceh)

Distribusi terumbu karang

Ekosistem terumbu karang dunia diperkirakan meliputi luas 600.000 km2, dengan batas sebaran di sekitar perairan dangkal laut tropis, antara 30 °LU dan 30 °LS. Terumbu karang dapat ditemukan di 109 negara di seluruh dunia, namun diduga sebagian besar dari ekosistem ini telah mengalami kerusakan

atau dirusak oleh kegiatan manusia setidaknya terjadi di 93 negara. Gambar 1 memperlihatkan peta lokasi sebaran ekosistem terumbu karang di seluruh dunia.

Image

Gambar 3. Distribusi terumbu karang dunia

Berdasarkan distribusi geografinya maka 60% dari terumbu dunia ditemukan di Samudera Hindia dan Laut Merah, 25% berada di Samudera Pasifik dan sisanya 15% terdapat di Karibia. Pembagian wilayah terumbu karang dunia yang lain dan lebih umum digunakan adalah:

a. ndo-Pasifik,

Region Indo-Pasifik terbentang mulai dari Asia Tenggara sampai ke Polinesia dan Australia, ke bagian barat sampai ke Samudera sampai Afrika Timur. Region ini merupakan bentangan terumbu karang yang terbesar dan terkaya dalam hal jumlah spesies karang, ikan, dan moluska.

b. Atlantik bagian barat,

Region Atlantik Barat terbentang dari Florida sampai Brazil, termasuk daerah Bermuda, Bahamas, Karibia, Belize dan Teluk Meksiko.

c. Laut Merah,

Region Laut Merah, terletak di antara Afrika dengan Saudi Arabia.

Terumbu karang adalah ekosistem khas daerah tropis dengan pusat penyebaran di wilayah Indo-Pasifik. Terbatasnya penyebaran terumbu karang di perairan tropis dan secara melintang terbentang dari wilayah selatan Jepang sampai utara Australia dikontrol oleh faktor suhu dan sirkulasi permukaan (surface circulation). Penyebaran terumbu karang secara membujur sangat dipengaruhi oleh konektivitas antar daratan yang menjadi stepping stones melintasi samudera. Kombinasi antara faktor lingkungan fisik (suhu dan sirkulasi permukaan) dengan banyaknya jumlah stepping stones yang terdapat di wilayah Indo-Pasifik diperkirakan menjadi faktor yang sangat mendukung luasnya pemencaran terumbu karang dan tingginya keanekaragaman hayati biota terumbu karang di wilayah tersebut (gambar 4).

Image

Gambar 4. Kekayaan jenis karang, ikan, dan moluska di tiap wilayah utama terumbu karang dunia.

Zonasi terumbu karang

Zonasi terumbu karang berdasarkan hubungannya dengan paparan angin terbagi menjadi dua (gambar 5), yaitu:

  • Windward reef (terumbu yang menghadap angin)
  • Leeward reef (terumbu yang membelakangi angin)
Image

Gambar 5. Zonasi umum terumbu karang terhadap paparan angin

Windward reef

Windward merupakan sisi yang menghadap arah datangnya angin. Zona ini diawali oleh reef slope atau lereng terumbu yang menghadap ke arah laut lepas. Di reef slope, kehidupan karang melimpah pada kedalaman sekitar 50 meter dan umumnya didominasi oleh karang lunak. Namun, pada kedalaman sekitar 15 meter sering terdapat teras terumbu atau reef front yang memiliki kelimpahan karang keras yang cukup tinggi dan karang tumbuh dengan subur.

Mengarah ke dataran pulau atau gosong terumbu (patch reef), di bagian atas reef front terdapat penutupan alga koralin yang cukup luas di punggungan bukit terumbu tempat pengaruh gelombang yang kuat. Daerah ini disebut sebagai pematang alga atau algal ridge. Akhirnya zona windward diakhiri oleh rataan terumbu (reef flat) yang sangat dangkal

Leeward reef

Leeward merupakan sisi yang membelakangi arah datangnya angin. Zona ini umumnya memiliki hamparan terumbu karang yang lebih sempit daripada windward reef dan memiliki bentangan goba (lagoon) yang cukup lebar. Kedalaman goba biasanya kurang dari 50 meter, namun kondisinya kurang ideal untuk pertumbuhan karang karena kombinasi faktor gelombang dan sirkulasi air yang lemah serta sedimentasi yang lebih besar.

http://web.ipb.ac.id/~dedi_s/index.php?option=com_content&task=view&id=20&Itemid=48

Selasa, 14 April 2009

Mari Selamatkan Alam Jakarta

  • Nama: Carlos T.H
  • XI IPS1/32 Kolese Gonzaga, Jakarta Indonesia

Ironis jika melihat P. Jawa saat ini, penuh sesak, kotor, dan tidak teratur. Yang lebih parahnya lagi adalah Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Indonesia terletak di sana. Ibu Kota Negara yang seharusnya tertata rapih untuk mencerminkan kepribadian bangsa terutama dengan prilaku moral dan tingkah laku keseharian penduduknya, ternyata malah menjadi penyebab akan terus menurunnya kualitas SDA di Pulau Jawa, khususnya Jabodetabek dan daerah sekitarnya

Jakarta sendiri sebetulnya sudah sangat tidak potensial lagi digunakan sebagai tempat hidup yang menjamin perkembangan manusianya ke arah yang baik. Udara, air, tanah, sudah tidak memadai, berbagai penyebab yang menjadikan masalah polusi saja sudah menjadi sangat komplek. Belum lagi kepadatan penduduk Jakarta yang mencapai 15.000 orang per Km2. Angkat tersebut sungguh mencerminkan bahwa Jakarta akan menyimpan banyak potensi masalah di masa depan. Itu baru di lihat dari prespektif SDA yang paling dasar, belum lagi kalau kita menengok masalah kemanusiaan lain seperti kriminalitas, atau masalah sampah yang saat ini menjadi isu yang cukup kita hiraukan.

Menurut data yang saya peroleh luas tanah di Jakarta telah melampaui kapasaitas atau daya dukungnya sejak tahun 1986. Faktor utama yang menyebabkan hal tersebut adalah penyatuan fungsi ibu kota negara, baik dari fungsinya sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi. Sehingga pertumbuhan perekonomiannya tidak merata, dan berakibat banyak orang yang bermigrasi secara geografis ke daerah yang lebih maju tersebut dan sialnya daerah tersebut adalah Jakarta. Perbandingan yang tidak seimbang antara bertumbuhnya sektor ekonomi dengan luas wilayah perumahan di Jakarta akhirnya membuat munculnya ekspansi wilayah-wilayah penyerapan air hujan, ekspansi sungai-sungai dan rawa-rawa serta hutan bakau yang membuat Jakarta menjadi daerah “pasang surut” yang semu. Hal ini terlihat saat hampir 70% wilayah Jakarta terendam banjir pada tahun 2007.

Hal lain yang cukup mempengaruhi adalah dari segi perencanaan kota Jakarta itu sendiri. Tidak ada konsep yang matang serta perencanaan kedepan yang jelas dari pembangunan Jakarta. Kita hanya menerima dari Belanda dan Jepang lalu sekedar membangun Jakarta agar terlihat indah dari luar namun tidak memperkirakan efek di masa yang akan datang. Terlebih setelah masa jabatan gubernur Ali Sadikin perencanaan kota Jakarta betul-betul kacau hingga puncaknya adalah pembangunan Busway yang sebetulnya tidak ada dalam perencanaan tata kota Jakarta yang di wariskan turun temurun setelah jabatan Ali Sadikin berakhir. Penyalahgunaan lahan potensial sering terjadi dan tak jarang juga lahan yang tidak potesnisal untuk di tinggali namun kenyataannya menjadi pemukiman di sana.

Banyak ahli sosiologi perkotaan, ahli tata kota, serta pakar geografi yang menilai bahwa rumitnya masalah Jakarta akan sangat sulit di pecahkan serta membutuhkan waktu yang sangat lama untuk membuat Jakarta menjadi kota metropolitan. Sedangkan Pulau Jawa tempat di mana Jakarta berada, saat ini dapat di gambarkan seperti bus yang kelebihan penumpang. Berjalan lambat, kelebihan beban dan menyimpan potensi masalah yang sangat besar.

Paulus Wirutomo, Yayat Supriatna, Herdianto Wahyu Kustiadi merupakan para pakar dari bidang tata kota dan lingkungan hidup serta geografi mengatakan dalam debatnya di Metro TV, Maret 2007. Bahwa mungkin satu-satunya cara menyelamatkan Jakarta dan Pulau Jawa pada umumnya adalah dengan memindahkan Ibukota dari Jakarta ke luar Pulau Jawa. Tentunya dengan perencanaan yang matang yang mendukung untuk kehidupan masyarakat yang layak dan tentunya teratur, sehingga dapat meminimalisir masalah-masalah yang akan muncul nantinya. Dan sebaiknya hal ini dilaksanakan secepatnya sebab mengingat bahwa tiap tahun-nya daratan di Jakarta turun sekitar 1,3 Cm.

Pemindahan ibu kota ini sebetulnya telah menjadi wacana dan rencana dari sejak pemerintahan Ir. Soekarno yang mulanya menunjuk Banjarmasin sebagai bakal ibukota sebab di lihat dari kondisi geografis yang mendukung pemerintahan serta berada di antara Indonesia bagian timur dan barat sehingga di harapkan pemerintahan akan seimbang dan lebih mudah membangun negara sebab tidak hanya terpusat di satu bagian saja. Sebagai pertimbangan Ir. Soekarno melihat Brazil yang memindahkan ibukota negara ke Brasilia dari sebelumnya di Rio De Janeiro. Namun karena saat itu kas negara sangatlah sedikit sehingga rencana itu di urungkan. Saat orde baru pun sempat di rencanakan pemindahan ibukota ke daerah jonggol, jawa barat. Namun ternyata setelah telah dilaksanakan pembebeasan lahan, lahan tersebut malah dipergunakan sebagai pemukiman elit Memang mebutuhkan dana yang besar untuk memindahkan ibukota namun untuk menyelamatkan negara kenapa tidak? Lagi pula sudah saatnya bagi bangsa ini untuk membangun sendiri kota perekonomian dan pemerintahannya sendiri dan bukan menerima kota warisan dari masa lampau. Dan dengan memindahkan ibukota ke wilayah di luar P. Jawa setidaknya kita juga telah berusaha untuk melestarikan dan menjaga SDA di Indonesia.